Welcome to Nilna Husnayain

"Menulislah, karena tanpa menulis engkau akan hilang dari pusaran sejarah"
Follow Me

Penghafal Impian Ibu



By  Nilna_husnayain     April 24, 2022     

 

 


 

            Ayam jantan telah berkokok dengan begitu lantang. Suara khas yang berasal dari dapur itu menandakan kegiatan di rumahku sudah dimulai. Mesin motor yang sedang dipanasi pertanda bahwa ayah akan segera berangkat untuk mengais rezeki. Tangisan bayi kecil yang awalnya hanya remang-remang, kini mulai terdengar begitu keras. Keponakanku memang sedang melakukan rutinitas olahraga paginya dengan cara menagis sekencang-kencangnya. Namun, dari semua suara-suara tersebut, tak ada yang mendorongku untuk segera bangkit. Justru aku semakin nyaman dengan balutan selimut di seluruh tubuhku. Tubuh ini menolak ketika fikiran hanya minta untuk bangkit, meskipun itu hanya sekedar untuk duduk.

 

“Nak, ayo bangun. Segera sholat, lalu mengaji!” Teriak Ibu dari luar kamarku.

“Ehmmmm” Jawabku sambil bergeliat dan memaksa bangun.

“Cepat nak! Nanti kalau tidak segera bangun, akan terlambat sekolah juga lo”  Dengan suara yang sayup-sayup hampir tak dengar. Menandakan bahwa ibu telah meninggaalkan kamarku secara perlahan.

“Iya, Bu” Jawabku sambil beranjak dari istana kasurku.

 

Setelah menunaikan kewajiban beribadah, ibu menyuruhku untuk menjalankan rutinitas ba’da subuhku. Yakni menghafal surah” pendek. Perintah tersebut merupakan sejenis tiket sebelum aku memulai kegiatan pagiku. Baik itu memepersiapkan kuliah atau bahkan hanya berdiam dirumah. Namun kesalan terbesarku waktu itu, aku tak mau untuk menghafal. Menurutku menghafal surat-surat pendek ketika itu adalah hal yang sia-sia, tak ada gunanya. Ia akan sekedar di hafal, lalu hilang tanpa bekas. Lalu, untuk apa kawan-kawan menghafal dengan cucuran keringat dan  penuh perjuangan itu?


Setelah shalat, aku beranjak ke kamarku. Dan ketika itu, aku berpapasan dengan ibu

“Ayo, segera setoran ke ibu..” kata ibu memperingatkan.

“Iya, Bu, setelah ini saya hafalkan.” Jawabku malas.

 

       Aku pun tak tau faktor apa yang membuakut memiliki rasa sangat keberatan dalam menghafal. Padahal ibu hanya menyuruhku untuk menghafal minimal 1 ayat setiap paginya, dan setengah halaman ketika weekend. Namun entah mengapa sepertinya itu merupakan sesuatu yang sangat malas aku kerjakan.

 

       Disinilah aku memulai kelicikanku, kelicikan yang tak pernah kulupa sampai kapanpun. Aku menghafal di dalam kamar, setelah itu, aku menyetorkannya kepada ibu. Sedang ibu menyimakku sambil memasak.

Kelalaian ibu itupun aku manfaatkan. Aku tak pernah menghafal ayat-ayat itu. Namun,aku menulisnya di  secarik kertas. Ketika di dalam kamar, aku hanya bermain hp dan jika aku sudah mulai bosan, aku menulis ayat tadi di secarik kertas. Setelah itu aku keluar dan bilang pada ibu bahwa aku telah selesai menghafalkannya.   Ibupun menyuruhku untuk melafalkannya. Ketika ibu masih sibuk dengan pekerjaan dapun itu lah, aku mulai membaca ayat yang ku tulis dalam secarik kertas tadi.

       Seperti itulah yang terus menerus kulakukan hingga akhir kelas 6 SD, dan ibupun masih belum tahu kalau aku tak pernah menghafal selama ini.

Hingga akhirnya orang tuaku memutuskan untuk melanjutkan pendidikanku di pondok pesantren. Setelah masuk pondok pesantren, ada suatu moment yang membuatku begitu bertekad untuk menjadi seorang hifdzul quran.

 

       Akupun memberanikan diri untuk matur kepada Bu Nyai bahwa aku ingin bersungguh-sungguh menghafal kalamnya.

“Maaf, Buk. Saya ingin ikut menghafal al Quran.”, kataku dengan nada yang sesopan mungkin.

“Ooo, Iya, Mbak Nilna. Alhamdulillah jika memang benar-banar ingin ikut menghafal. Ibu ikut senang mendengarnya.” Uangkap Bu Nyai dengan raut bahagia.

“Lalu, persyaratan apa yang harus saya jalani dahulu, Bu? Apa saya harus memulai dengan surah apa atau mungkin saya harus memperbaiki bacaan sayua terlebih dahulu?” Tanyaku.

“Tidak usah, Mba Nilna. Saya sering mendengar kamu mengaji. Sepertinya bacaan kamu juga sudah cukup baik. Lalu, untuk masalah surah yang harus kamu hafal dahulu, saran ibu di mulai dari surah-surah pendek dahulu. Karena surah itu kan kamu juga sering mendengarkannya dari bacaan-bacaan shalat. Selain itu, nantinya surah-surah itu juga bisa kamu jadikan surah-surah ketika shalat.” Terangnya.

“Iya, Bu. Terima kasih.” Jawabku sambil pamit undur diri.

       Ketika awal proses menghafal kalamnya, terasa begitu semangat. Begitu bergairah. Bahkan sampai lupa waktu. Namun, ku tetap mengalami kendala disitu. Sebagian besar dari teman-temanku telah hafal juz 30 dari rumah. Sehingga ketika di pondok, mereka tinggal memurojaah saja dan langsung menuju ke juz 1. Begitu mulusnya perjalanan mereka. Tidak perlu usaha yang terlalu sungguh, tinggal murojaah sedikit saja, kalam-kalam itu begitu lancar dilafalkan.

Sementara aku, aku harus berusaha dengan mati-matian untuk mencapai kelancaran yang ku inginkan. Bahkan, tidak jarang ketika aku sudah berusaha semaksimal mungkin, hasilnya tak sepadan dengan apa yang telah kubayangkan dari awal.

Akupun kembali merenung tentang yang telah diperintahkan ibu sejak dulu. Perintah ibu kepadaku untuk menghafal ayat-ayatNya memang tidak sia-sia. Selalu ada manfaat dibalik semua itu. Namun, justru aku yang melalaikan perintah itu, sehingga baru sekarang aku merasakan kepedihnya.

       Kejadian ini mengajarkanku bahwa tugas, atau perintah apapun yang dibebankan orang tua kepada anaknya, pasti memiliki tujuan yang baik. selain itu, manfaatnya juga akan kembali kepada anak itu sendiri. Meskipun, ketika itu sang anak belum bisa merasakan manfaat apa yang ia dapatkan. Namun, dikemudian hari hal tersebut akan sangat bermanfaat bagi si anak.

 

 Pesan :

Semua perintah dari orang tua pasti mempunyai tujuan yang terbaik untuk anaknya, meskipun kita tak tahu apa manfaatnya di hari ini, namun pasti ada manfaatnya di lain hari atau bahkan untuk masa depan kita.Oleh karena itu, jangan pernah menyepelekan apa yang telah diperintahkan orang tua selama itu sesuatu yang positif.









 

About Nilna_husnayain

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Maecenas euismod diam at commodo sagittis. Nam id molestie velit. Nunc id nisl tristique, dapibus tellus quis, dictum metus. Pellentesque id imperdiet est.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Translate

Latest in Tech

logo

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Proin tempus pellentesque consectetur.

Morbi tincidunt commodo dui, eu fringilla dui iaculis ac. Vestibulum viverra iaculis dignissim. Ut condimentum