Welcome to Nilna Husnayain

"Menulislah, karena tanpa menulis engkau akan hilang dari pusaran sejarah"
Follow Me

Bangkit dari Jatuh Cinta kepada Kemiskinan



By  Nilna_husnayain     April 23, 2022     


 Manusia hidup pada dasarnya adalah untuk mengabdi kepada Tuhannya, memasrahkan seluruh jiwa dan raganya untuk Sang Khaliq. Menjalani segala bentuk kegiatan sebagai suatu benih yang hasilnya akan dipanen di akhirat kelak. Namun di balik semua itu, manusia haruslah tetap memikirkan kehidupan duniawinya. Karena sudah sangat jelas bahwa mereka saat ini masih hidup di alam nyata. Untuk itu, mereka dituntut untuk bekerja. Untuk mengais sesuatu yang dapat menyambung kehidupannya di dunia. Karna, di dalam Al Quran, Surah al-Jumuah ayat 10, Allah juga telah memerintahkan orang-orang beriman untuk bertebaran di bumi dan mencari karuniaNya.

Oleh karena itu, rasanya sangat mustahil jika ada orang yang tidak bekerja atau setidaknya mencari pekerjaan di dunia ini. Berbagai kegiatan pun mereka jadikan sebagai pekerjaan. Mulai dari hal yang cukup mulia seperti guru, sampai kepada keadaan yang paling rendah, seperti pengemis. Semua itu mereka jalankan karna banyaknya kebutuhan dunia yang memang wajib dipenuhi. Dengan semakin menumpuknya kebutuhan hidup yang diperlukan, serta harga kebutuhan pokok yang terus naik dari hari ke hari, menyebabkan masyarakat terasa tercekik oleh kondisi tersebut.


Untuk meringankan banyaknya beban masyarakat, pemerintahpun memberikan berbagai jenis bantuan, atau yang sekarang biasa kita sebut dengan BLT (Bantuan Langsung Tunai) Pemerintah. Berbagai jenis BLT yang diberikan oleh pemerintah, mulai dari yang berbentuk uang tunai, pulsa listrik, hingga yang sedang marak saat ini, yaitu berbentuk kuota internet bagi para pelajar. Berbagai bantuan tersebut juga memiliki syarat-syarat khusus dan sudah seharusnya bantuan tersebut diterima oleh orang-orang yang menyandang syarat-syarat khusus. Namun, bukan itu realita yang terjadi dalam masyarakat saat ini. Banyak sekali masyarakat yang masih mampu, tapi malah mendapat BLT. Sebaliknya, masyarakat yang kurang mampu bahkan tidak memiliki penghasilan, justru tersingkir dari hak mereka sendiri.

Masyarakat menengah keatas tersebut lebih senang ketika mendapat surat edaran kurang mampu dari pemerintah, dari pada harus memberikan surat edaran kepada masyarakat yang benar-benar kurang mampu. Mereka lebih lega ketika mendapat tunjangan. Bahkan ketika tujangan tersebut tidak sampai, mereka akan marah dan menuntut haknya kepada perangkat desa setempat. Bukannya berlomba-lomba dalam bersedekah, namun justru berlomba-lomba dalam menerima sedekahlah yang mereka giatkan. Selain itu, mereka lebih nyaman ketika disebut sebagai masyarakat yang kurang mampu atau bahkan tidak mampu. Dengan kata lain, sebutan sebagai ‘masyarakat miskin’ telah mereka sandang dengan rasa bangga. Jatuh cinta terhadap ‘kemiskinan’ telah membuat mereka lupa kepada orang lain yang berhak atas tunjangan tersebut.

Penulis pernah bertanya kepada salah seorang penerima BLT Pemerintah yang terbilang cukup dalam hal finansial. Penulis bertanya tentang bagaimana tanggapan beliau ketika menjadi salah satu dari penerima tunjangan tersebut, sementara beliau termasuk orang yang cukup berada. Beliau beranggapan bahwa ia tak pernah meminta bantuan tersebut dan jika ditiolak akan mubadzir.

Disinilah pemikiran yang dangkal. Menurut beliau, ketika tunjangan tersebut tersampaikan, itu akan menguntungkan dirinya sendiri tanpa ada kerugian yang di tanggung oleh pihak lain. Jika dilihat sekilas, memang seperti tidak ada masalah atau kerugian bagi orang lain. Namun, jika di teliti lebih dalam lagi, ternyata hal tersebut sangat berdampak pada pihak lain. Orang lain yang seharusnya berhak mendapat bantuan, justru tersingkirkan, karena haknya telah di ambil oleh bapak tadi. Secara otomatis akan sangat menyengsarakan pihak yang berhak atas bantuan tersebut, karena dia tidak memperoleh tunjangan yang sebenarnya bisa membantu meringankan beban hidup yang sedang ditanggungnya.

Hal tersebut terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang tujuan dari BLT itu sendiri. Selain itu rasa peduli terhadap sesama membuat mereka semakin rakus dengan tunjangan-tunjangan tersebut. Yang ada difikiran mereka ‘ yang penting saya mendapat uang dari pemerintah.’ Tanpa mengetahui tujuan pemerintah memberikan BLT tersebut. Disinilah peran penting dari perangkat desa. Seharusnya mereka sering mengadakan penyuluhan terhadap masyarakat. Untuk apa BLT itu di adakan? Bagaimana dampak ketika BLT tersebut jatuh ke orang yang tidak berhak mendapatkannya?

Ketika semua itu telah tersampaikan, difahami, dan dapat diterima masyarakat dengan baik, pasti mereka juga akan menyadari kepada siapa seharusnya BLT itu diberikan. Mereka akan berusaha untuk ikut membantu sesamanya yang benar-benar membutuhkan. Dengan begitu, peluang masyarakat menengah kebawah untuk meringankan beban hidupnya juga akan semakin terbuka lebar. Tidak akan ada lagi istilah masarakat yang jatuh cinta terhadap ‘kemiskinan’.

About Nilna_husnayain

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Maecenas euismod diam at commodo sagittis. Nam id molestie velit. Nunc id nisl tristique, dapibus tellus quis, dictum metus. Pellentesque id imperdiet est.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Translate

Latest in Tech

logo

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Proin tempus pellentesque consectetur.

Morbi tincidunt commodo dui, eu fringilla dui iaculis ac. Vestibulum viverra iaculis dignissim. Ut condimentum